Kitabaru.com – Obral gelar profesor untuk pesohor dan dosen yang merekayasa persyaratan mencerminkan rendahnya kejujuran akademik di Indonesia.
Juga merebaknya gejala otoritarianisme di lingkungan akademik, yang ditandai dengan senioritas dan pengambilan keputusan yang tidak transparan di sejumlah kampus, memperkeruh proses pengajuan guru besar.
Banyaknya guru besar abal-abal menegaskan rapuhnya sistem di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang lebih banyak mengakomodasi akademikus yang sebenarnya inkompeten.
Sebaliknya, calon guru besar yang memiliki kompetensi dihambat tanpa alasan yang jelas.
Salah satu pangkal soalnya adalah kerumitan administrasi persyaratan guru besar.
Kementerian Pendidikan bisa memulai perbaikan dengan mengubah sistem pengusulan seseorang menjadi guru besar.
Pertama, tak perlu ragu mengevaluasi secara terbuka semua guru besar yang diperoleh dengan cara akal-akalan. Bila perlu, kampus mencabut gelar guru besar tersebut.
Kedua, membentuk sistem baru yang melibatkan akademikus yang bereputasi sebagai reviewer alias pengulas artikel ilmiah para calon guru besar.
Sambil membangun sistem baru, kalangan kampus memperkuat kejujuran akademis dengan membentuk komunitas ilmiah yang otonom.
#obralgurubesar
#tempomedia