Jalan Kemakmuran Petani dari sawah dan Ladang di Era Presiden Prabowo

Berita, Opini39 Views
banner 468x60

Fajar Baru Indonesia : “Gerakan Indonesia Menanam: Jalan Kemakmuran Petani dari sawah dan Ladang di Era Presiden Prabowo”

Oleh Ki Edi Susilo – Anak Petani Dan Founder Forum Masyarakat Berdaya

banner 336x280

Sebagai Anak Petani dari Desa di Sudut Sumatera Selatan Tepat nya Di Kabupaten OKU Timur. Saya menyambut dengan suka cita dan penuh harapan pada peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) yang diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Kab Banyuasin, Sumatera Selatan. Di balik simbolisasi tanam-menanam, saya melihat lebih dari sekadar program: ini adalah pesan kebangkitan—bahwa Indonesia tengah menata ulang arah peradabannya dari Desa dan Perkampungan, dari sawah, dari tangan-tangan petani yang selama ini terpinggirkan dari sorotan utama pembangunan.

Di Sumatera Selatan pada beberapa Tahun Terakhir tengan di Gencarkan Program Sumsel Mandiri Pangan, dan Ketika Presiden Prabowo Secara Resmi Meresmikan Progam Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) Secara Nasional maka inilah Tonggak Fajar Baru Indonesia dalam Semangat Kedaulatan Pangan Akan Terwujud. Bismillah.

Sebagai Pegiat Sosial di Forum Masyarakat Berdaya, yang selama ini bergelut bersama Masyarakat yang salah satunya adalah dalam advokasi petani, saya sangat merasakan getaran politik keberpihakan dalam pidato Presiden. Bukan politik partisan, tapi politik kerakyatan. Ketika Presiden mengatakan bahwa bangsa ini tidak boleh jadi bangsa yang “minta-minta”, saya menangkap pesan bahwa kita sedang diajak untuk kembali ke jati diri: bangsa yang berdikari, berakar pada kekuatan produksi, bukan pada ketergantungan. Indonesia yang Berdaulat, Berdikari dan Berbudaya.

Apalagi peluncuran ini dilakukan di Banyuasin—daerah yang memang menyimpan potensi luar biasa dalam sektor pertanian. Banyuasin merupakan Setali Tiga Uang dengan Kabupaten OKU Timur tempat saya di lahirkan, merupakan Sentra Pertanian di Sumatera Selatan. Ini bukan kebetulan. Ini strategi simbolik. Banyuasin menjadi contoh bahwa daerah bisa menjadi sentra gerakan, bukan hanya obyek pembangunan. Ini sejalan dengan semangat kami di Forum Masyarakat Berdaya, yaitu menjadikan petani sebagai subjek, bukan sekadar pelaksana program. Petani Berdaya untuk Indonesia dalam bingkai Gerakan Indonesia Menanam (Gerina)

Saya juga mengapresiasi kehadiran tokoh-tokoh seperti Ustaz Adi Hidayat dalam gerakan ini. Keterlibatan pemuka agama dalam kerja-kerja pemberdayaan menunjukkan bahwa gerakan kedaulatan pangan tidak boleh hanya menjadi domain teknokrat dan birokrat. Harus ada gerakan moral, gerakan nilai, dan itulah yang memperkuat daya tahan sosialnya. Bahwa ini mencerminkan semangat Berkepribadian yang Kuat.

Gerina bukan sekadar program tanam padi atau jagung. Ia adalah narasi baru yang menegaskan bahwa kemandirian dan Kedaulatan pangan adalah pondasi kedaulatan nasional. Sebuah harapan semoga gerakan ini juga di topang pendampingan, penguatan kelembagaan petani, hingga pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dan berbasis komunitas. Sehingga gerakan ini benar benar bisa menjadi satu jalan menujua kedaulatan Pangan.

Presiden benar ketika menyampaikan bahwa kita tidak butuh banyak teori, tapi butuh keteladanan dan kerja nyata. Namun kami percaya, keteladanan itu akan menjadi energi sosial yang luar biasa jika disertai dengan ruang partisipasi. Maka Gerina harus dijaga agar tetap terbuka, kolaboratif, dan inklusif.

Dari ladang-ladang Banyuasin, dari desa-desa di seluruh Indonesia, mari kita mulai menanam bukan hanya benih padi, tapi juga harapan baru bagi bangsa yang berdaulat, berdikari, dan bermartabat. Fajar Baru indonesia telah tiba mari kita sambut dengan suka cita Gerakan Indonesia Menanam.

Tidak ada satu bangsa yang kuat kalau pertanian nya lemah. Karena Persoalan pangan adalah persoalan hidup dan Matinya sebuah Bangsa. (red)

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *