Kitabaru.com -;Pertanyaan tentang apakah China akan mengikuti jejak Jepang dalam menghadapi tekanan Amerika Serikat telah menjadi diskusi penting di kalangan pengamat geopolitik dan ekonomi global. Analisis mendalam menunjukkan bahwa China telah mengambil jalur yang sangat berbeda dari Jepang dalam menghadapi tekanan AS. Sementara Jepang mengalami stagnasi ekonomi setelah konfrontasi dengan AS pada dekade 1980-an hingga 1990-an, China telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa melalui pendekatan yang lebih strategis dan terintegrasi. Perbedaan mendasar terletak pada ketahanan struktural ekonomi China, respons pemerintah yang lebih tegas dan terkoordinasi, serta kapasitas inovasi teknologi mandiri yang jauh lebih besar dibandingkan Jepang pada masanya.
## *Perbandingan Trajektori Ekonomi: China dan Jepang*
Meskipun terdapat beberapa kesamaan historis antara perkembangan ekonomi China sekarang dengan Jepang di era 1990-an, perbedaan fundamental tetap terlihat jelas. Sejak pecahnya gelembung real-estate China pada pertengahan 2021, muncul kekhawatiran bahwa ekonomi negara tersebut bisa mengikuti jejak Jepang pada awal 1990-an. Kesamaan struktural antara keduanya memang cukup mencolok, terutama dalam konsumsi swasta yang rendah dalam jangka panjang serta rasio tabungan yang sangat tinggi. Ketidakseimbangan ekonomi ini bahkan lebih besar di China dibandingkan Jepang pada masa itu[1].
Respon awal terhadap krisis real-estate di kedua negara juga serupa. Baik China saat ini maupun Jepang pada masa lalu sempat ragu untuk melonggarkan kebijakan moneter dan fiskal, serta lebih memilih ekspansi manufaktur berbasis permintaan eksternal dengan peningkatan belanja penelitian dan pengembangan[1]. Namun, perbedaan fundamentalnya adalah bahwa China masih memiliki peluang konvergensi ekonomi lebih lanjut karena tingkat pendapatannya lebih rendah dibandingkan Jepang saat itu. Selain itu, China memiliki bobot geopolitik dan militer yang jauh lebih besar dibandingkan Jepang pada era 1980-an, yang membuatnya memiliki ruang gerak lebih luas di kancah global[1].
China juga telah membangun pendekatan yang lebih holistik terhadap pembangunan ekonominya, tidak bergantung pada satu sektor saja. Sementara Jepang mengalami “the lost decade” pada 1990-an akibat gelembung ekonomi, China membangun ekonomi yang lebih diversifikasi dengan fokus pada infrastruktur, teknologi, dan konsumsi domestik[2]. Ini memberikan fondasi yang lebih kuat bagi China untuk menghadapi tekanan eksternal.
### *Transformasi Infrastruktur dan Teknologi China*
Keunggulan China terletak pada kemampuannya membangun jaringan infrastruktur modern, termasuk rel kereta cepat terpanjang di dunia yang mencapai lebih dari 42.000 km pada 2023. Infrastruktur canggih ini tidak hanya menunjukkan kemajuan teknologi tetapi juga meningkatkan produktivitas ekonomi, seperti mendukung distribusi barang dari pedalaman ke pelabuhan besar dengan cepat, memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan Jepang[2].
China juga memimpin dalam integrasi teknologi digital ke dalam infrastruktur melalui pengembangan kota-kota pintar. Teknologi Internet of Things (IoT) diintegrasikan ke dalam sistem transportasi, energi, dan layanan publik, menjadikan China sebagai pemain dominan tidak hanya dalam manufaktur tradisional tetapi juga dalam revolusi industri 4.0[2].
## *Kebijakan “Made in China 2025” dan Implikasinya*
Diluncurkan pada 2015, “Made in China 2025” merupakan rencana sepuluh tahun pemerintah China untuk memodernisasi basis manufaktur dengan mengembangkan sepuluh industri berteknologi tinggi secara pesat. Di antaranya adalah mobil listrik dan kendaraan energi baru lainnya, teknologi informasi (TI) dan telekomunikasi generasi berikutnya, serta robotika canggih dan kecerdasan buatan[3].
Tujuan akhir Beijing adalah mengurangi ketergantungan China pada teknologi asing dan mempromosikan produsen berteknologi tinggi China di pasar global. Semikonduktor menjadi area yang mendapat penekanan khusus, mengingat sentralitasnya untuk hampir semua produk elektronik. China menyumbang sekitar 60% permintaan global untuk semikonduktor tetapi hanya memproduksi sekitar 13% pasokan global[3]. “Made in China 2025” menetapkan target spesifik: pada 2025, China bertujuan mencapai 70% kemandirian dalam industri berteknologi tinggi[3].
Untuk mencapai tujuan ini, China menggunakan berbagai taktik, termasuk:
– Menetapkan target eksplisit untuk perusahaan swasta dan publik
– Memberikan subsidi langsung melalui pendanaan negara, pinjaman berbunga rendah, keringanan pajak, dan subsidi lainnya
– Mendorong investasi dan akuisisi asing untuk mendapatkan akses ke teknologi canggih
– Memobilisasi perusahaan yang didukung negara
– Mendorong transfer teknologi melalui aturan joint venture[3]
## *Konfrontasi Teknologi: Kasus Toshiba vs Huawei*
Perbedaan mencolok antara China dan Jepang menjadi jelas ketika kita membandingkan kasus Toshiba dan Huawei. Tiga puluh tahun lalu, AS memberikan tekanan dan ancaman terhadap Toshiba karena mengekspor instrumen presisi ke Rusia. Tekanan ini mencakup penahanan eksekutif Toshiba, penutupan pabrik Toshiba di AS, pengenaan tarif 100% untuk semua produk Toshiba yang dijual ke AS, dan larangan ekspor ke AS selama lima tahun[5].
Jepang sangat patuh kepada AS dan bahkan mengenakan penalti tambahan kepada Toshiba untuk meredakan kemarahan AS. Grup Toshiba, terutama industri semikonduktor Jepang, berjanji tanpa syarat untuk membagikan ilmu teknologi dengan perusahaan Amerika[5]. Akibatnya, Toshiba kehilangan kejayaannya dan AS menjadi pemimpin dalam sains dan teknologi Jepang[5].
Kontras dengan hal ini, ketika AS mencoba melakukan hal serupa terhadap Huawei dengan penangkapan Meng Wanzhou (CFO Huawei) pada 2018, China memberikan respons yang jauh lebih tegas. Pemerintah China berdiri di belakang Huawei dan tidak memberikan konsesi seperti yang dilakukan Jepang dengan Toshiba. Setelah konfrontasi berkepanjangan, Meng Wanzhou akhirnya dibebaskan pada September 2021 tanpa Huawei harus membuat konsesi signifikan[4].
## *Perang Dagang dan Teknologi Kontemporer*
Saat ini, fokus perang dagang yang dikobarkan Amerika Serikat kembali mengerucut kepada China. Dalam langkah mengejutkan, Presiden Donald Trump mengumumkan penangguhan tarif tinggi yang baru saja diberlakukannya terhadap puluhan negara, tapi tidak dengan China[4]. Keputusan ini memicu lonjakan tajam di pasar saham global yang sebelumnya terpukul akibat ketidakpastian ekonomi, meskipun eskalasi perang dagang dengan China justru diperparah[4].
Di tengah konflik ini, Jepang berada dalam posisi sulit. Jepang terseret dalam perang dagang dan teknologi antara Amerika Serikat dan China, dengan Anggota Komite Khusus DPR AS mengancam akan mengambil tindakan terhadap perusahaan-perusahaan Jepang jika tak berbuat lebih banyak membatasi penjualan perangkat pembuatan chip ke China[7]. Ini menempatkan Jepang dalam posisi kebingungan, mengingat China telah menjadi pasar global terbesar untuk produk semacam itu dalam beberapa tahun terakhir[7].
## *Perbedaan Pendekatan Pemerintah*
Perbedaan krusial antara China dan Jepang terletak pada pendekatan pemerintah dalam menghadapi tekanan AS. Sementara Jepang cenderung mengambil pendekatan yang lebih akomodatif terhadap tuntutan AS, China menunjukkan ketegasan yang lebih besar dalam mempertahankan kepentingan nasionalnya.
Kasus Huawei menunjukkan bagaimana pemerintah China secara aktif mendukung perusahaan domestiknya dalam menghadapi tekanan internasional. Berbeda dengan kasus Toshiba di mana pemerintah Jepang cenderung menuruti tuntutan AS, pemerintah China telah menunjukkan sikap yang lebih tegas dalam melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan strategisnya[4][7].
China juga secara aktif membangun kemandirian teknologi melalui program “Made in China 2025”. Dengan menetapkan target yang jelas dan memberikan dukungan substansial untuk pengembangan teknologi domestik, China berusaha mengurangi ketergantungannya pada teknologi asing, yang memberinya posisi tawar yang lebih kuat dalam menghadapi tekanan internasional[3][8].
## *Masa Depan Produk “Made in China”*
Sejak beberapa dekade terakhir, istilah “Made in China” seringkali diasosiasikan dengan produk-produk terjangkau, namun pada tahun 2025, kita dapat mengharapkan perubahan besar dalam persepsi ini. China, yang telah menjadi kekuatan manufaktur global, berencana untuk terus meningkatkan kualitas produk dan inovasinya[8].
China telah menjadi pemimpin dalam industri teknologi. Perusahaan-perusahaan seperti Huawei, Xiaomi, dan Alibaba adalah contoh keberhasilan inovasi teknologi China yang telah memasuki pasar global. Dengan investasi berkelanjutan dalam riset dan pengembangan, China bertujuan untuk memimpin dalam teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), 5G, dan kendaraan listrik[8].
Salah satu kritik terbesar terhadap produk “Made in China” adalah standar kualitas yang kurang konsisten. Namun, pemerintah China telah bekerja keras untuk meningkatkan standar tersebut. Dengan mematuhi aturan internasional dan berkolaborasi dengan lembaga sertifikasi global, produk-produk China akan lebih dapat diandalkan dan dihormati di pasar internasional[8].
## *Hubungan China-Jepang dalam Konteks Geopolitik*
Meskipun persaingan ekonomi dan teknologi antara China dan Jepang tetap intens, kedua negara berusaha untuk mempertahankan hubungan diplomatik yang konstruktif. Pemerintah China menegaskan tidak pernah mengajarkan rakyatnya untuk membenci Jepang termasuk di media sosial[6]. Bahkan setelah insiden penusukan yang menyebabkan kematian seorang pelajar laki-laki Jepang di Shenzhen, banyak warga China meletakkan bunga di luar sekolah untuk mengenang anak tersebut, menunjukkan penolakan terhadap kekerasan dan menyerukan persahabatan antara rakyat China dan Jepang[6].
Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, menyatakan bahwa pemerintah China siap bekerja sama dengan Jepang untuk mematuhi empat dokumen politik China-Jepang secara komprehensif dan mempromosikan hubungan strategis yang saling menguntungkan serta membangun hubungan China-Jepang yang konstruktif dan stabil[6].
## *Kesimpulan: Kebangkitan China yang Berbeda dari Jepang*
Berdasarkan analisis komprehensif, China tampaknya mengambil jalan yang berbeda dari Jepang dalam menghadapi tekanan AS. Meskipun terdapat beberapa kesamaan struktural, China memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya lebih tahan terhadap tekanan eksternal:
1. Pendekatan ekonomi yang lebih holistik, tidak bergantung pada satu sektor saja
2. Dukungan pemerintah yang lebih kuat dan terkoordinasi terhadap perusahaan strategis
3. Investasi masif dalam kemandirian teknologi melalui program seperti “Made in China 2025”
4. Posisi geopolitik yang lebih kuat dibandingkan Jepang pada masa kejayaannya
5. Pasar domestik yang jauh lebih besar, memberi China daya tawar yang lebih kuat
Meskipun China menghadapi tantangan signifikan, termasuk perang dagang dan teknologi dengan AS, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan ketegangan geopolitik, strategi jangka panjang yang diterapkan oleh pemerintah China tampaknya memposisikan negara tersebut dalam jalur yang berbeda dari stagnasi ekonomi dan teknologi yang dialami Jepang. Namun, perjalanan China masih panjang, dan keberhasilan strateginya akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk terus beradaptasi dengan lingkungan internasional yang semakin kompleks dan berpotensi tidak bersahabat.
Citations:
[1] POTENSI PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN … https://ekonomi.feb.unesa.ac.id/post/potensi-perlambatan-ekonomi-china-dan-perbandingannya-dengan-jepang
[2] MENGAPA CHINA BISA MELESAT JAUH MENGUNGGULI JEPANG? https://www.youtube.com/watch?v=1EHyYczhuG0
[3] Is ‘Made in China 2025’ a Threat to Global Trade? https://www.cfr.org/backgrounder/made-china-2025-threat-global-trade
[4] Dunia Bernapas Sejenak, AS Vs China Jadi Pertarungan Sesungguhnya https://www.cnbcindonesia.com/news/20250410133007-4-624889/dunia-bernapas-sejenak-as-vs-china-jadi-pertarungan-sesungguhnya
[5] Akankah Nasib Huawei Sama Seperti Toshiba? – Kompasiana.com https://www.kompasiana.com/www.inatanaya.com/5cef9c313ba7f72bda533779/samakah-nasib-huawei-saat-ini-dengan-toshiba
[6] Beijing: pemerintah China tidak mengajarkan rakyatnya membenci … https://www.antaranews.com/berita/4353351/beijing-pemerintah-china-tidak-mengajarkan-rakyatnya-membenci-jepang
[7] Terseret Perang Chip AS vs China, Jepang Kebingungan – detikInet https://inet.detik.com/business/d-7601263/terseret-perang-chip-as-vs-china-jepang-kebingungan
[8] “Made in China” Akan Mendunia di 2025. https://www.plutkumkm-kabupatenmalang.com/umkm/15160/made-in-china-akan-mendunia-di-2025
[9] China Cari Kawan Untuk Tekan Washington Agar Mundur dari Kebijakan Tarif https://www.kompas.tv/internasional/585917/china-cari-kawan-untuk-tekan-washington-agar-mundur-dari-kebijakan-tarif?page=all
[10] Perang Senyap Teknologi AS Terhadap Pesaing Terutama Tiongkok https://www.kompasiana.com/makenyok/616017990101907b9c62e702/perang-senyap-teknologi-as-terhadap-pesaing-terutama-tiongkok?page=all&page_images=15
[11] China: Hubungan dengan Jepang dalam ‘Tahap Kritis’ https://www.voaindonesia.com/a/china-hubungan-dengan-jepang-dalam-tahap-kritis-/7715141.html
[12] Teknologi-teknologi China Diakui Dunia, Jepang Khawatir Dibuatnya https://www.youtube.com/watch?v=pJfqNFyk6JM
[13] [PDF] China’s Industrial Policy Plan Made in China 2025 https://research.cbs.dk/files/60702089/884380_EWT_Final_Master_Thesis.pdf
[14] Kena Tarif 125% dari Trump, Bagaimana Nasib Ekonomi China? https://www.cnbcindonesia.com/news/20250410070525-4-624727/kena-tarif-125-dari-trump-bagaimana-nasib-ekonomi-china
[15] Huawei & Konflik China vs AS, Toshiba Jepang dan AS: Catatan Kritis https://www.konfrontasi.com/2024/06/huawei-konflik-china-vs-as-toshiba.html
[16] China Minta Jepang Tak Ikuti AS Batasi Ekspor Semikonduktor https://www.tempo.co/internasional/china-minta-jepang-tak-ikuti-as-batasi-ekspor-semikonduktor-182839
[17] [PDF] PERWUJUDAN RIVALITAS JEPANG DAN TIONGKOK https://repository.unair.ac.id/99882/4/4.%20BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
[18] Konsep “Made in China 2025” lebih dari “sekadar” Industri 4.0, AI … https://xpert.digital/id/dibuat-di-cina-tahun-2025/
[19] Fakta-fakta Saling Balas Tarif Dagang AS-China https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250410111745-92-1217374/fakta-fakta-saling-balas-tarif-dagang-as-china
[20] Lessons from Toshiba, Alstom: how US suppresses foreign rival … https://www.globaltimes.cn/page/202009/1202395.shtml